Minggu, 13 Februari 2011

Love to kill

Panggil dia penggoda atau sebut saja namanya.. Putri
Ribuan lelaki bertekuk-lutut didepannya, mengemis dengan tangis untuk sedikit cinta
Sebagian mencacinya, menamainya perempuan hina
Sebagian memujanya dan masih bermimpi akan masa depan bersamanya
Sebagian berusaha seumur hidup untuk melupakannya
Dan sebagian lagi masih berharap mendapat kecupan darinya

“Lihat gw, Yah”, ucap Putri. Seorang temanku yang selalu bercerita kepadaku tentang cinta-cinta yang semakin hari semakin bertambah.
Aku melihatnya, memperhatikannya menari mencoba untuk meneriakkan kata-kata yang ia telah lupa bagaimana untuk mengucapnya.
“Liat aja, Yah, ngemis-ngemis nanti dia depan gw”, matanya penuh keyakinan. Aku tidak pernah yakin, apakah mata itu dipenuhi hasrat atau dendam.
Dia memanggilku “Ayah”, seperti aku memanggilnya “Bunda”, bukan karena kami menikah, namun karena frekuensi yang mendekatkan kami sebagai yang serupa tapi tak sama. Aku mengerti jiwanya, dia tidak jauh berbeda denganku dulu, masih dalam pencarian separuh jiwanya, sembari hidup dibawah naungan dosa dan merasa panas neraka di dunia.

Masa lalu tidaklah penting, ucap tariannya dimalam gelap dalam upayanya untuk menaklukan cinta.
Ia ingin dilihat, didekap dan tidak sedikit pria yang terperangkap.
Aku akui dia pintar dan layak kupanggil bunda, walaupun hubungan kami tidak lebih bagaikan adik dan kakak, jika keahlianku merangkai kata disamakan dengan keahliannya menangkap pria, mungkin kita imbang.

“Bikinin tulisan buat aku dong, Yah”, mintanya. Entah karena ia ingin tahu tentang dirinya, dimataku. Atau karena ia sendiri tidak tahu siapa dia. Aku memilih untuk tidak memikirkannya, bukannya aku tak tahu tentang dirinya.
Walaupun terkadang ia menyembunyikan emosi dan perasaan terdalamnya, aku masih bisa merasakan rasa kesepian itu dalam dirinya.

Ya.. Aku pernah merasakannya, mencoba untuk menaklukan wanita dengan berbagai cara, bukan.. Bukan karena kita suka mempermainkan lawan kita.. Namun karena mereka memandang kita sebelah mata.. Entah karena, rupa, rasa, warna atau hanya sekedar menghina

Harus kuakui kami memiliki persamaan, dianugrahkan pengetahuan tentang bagaimana memainkan permainan antar laki-laki dan wanita, yang sering disebut cinta.
Dan kita berdua tahu perbedaan antara cinta dan hasrat semata.. Hampir tidak ada. Kita bagaikan dosen pengawas yang menguji para manusia dan mengajarkan mereka realita kehidupan yang disebut cinta : Paling tidak itulah tameng yang kita pakai dalam perperangan kita.

“Love to Kill”, sebuah tulisan yang tertulis ditubuhnya. Sebuah motto yang kami berdua suka ucapkan dan katakan setiap salah satu dari kita berdua berhasil memerangkap mangsa.
Cinta untuk membunuh, mungkin banyak yang salah mengartikannya.
“Itu dari film kesukaanku, Yah, tentang seorang cowok yang player abis, sampe cewek2 mau bunuh diri karena kecintaan”, entah sesuatu seperti itu yang dia katakan.. Aku tidak pernah begitu mengerti makna sesungguhnya

Namun kutafsirkan sendiri “Love to kill” berbeda, kuartikan kata-kata itu sebagai simbol bahwa cinta sesungguhnya adalah pembunuh. Seperti rasa kecewa dan dahaga yang perlahan membunuh Putri.
Entah mungkin kekasihnya pertama yang telah menghancurkannya seperti saat ini, aku tahu dulu ia tidak begini. Putri sangatlah setia, namun cinta membunuh dirinya yang dulu, entah kekerasan atau hinaan yang ia dapatkan dari kekasihnya dulu.

Ya, Cinta lah pembunuhnya.

Entah karena Putri merasa ia telah membunuh buah cintanya, bersama kekasihnya. Membuatnya dulu menganggap dirinya hina dan lupa akan bertapa berharganya dirinya.
Atau harapan akan cinta yang belum juga tiba kepadanya, seorang belahan jiwa yang bisa membuatnya bersandar setia selamanya.

Aku tidak tahu, aku akan biarkan isi hati Putri menjadi miliknya sendiri.

“Gw liatin, Bun ! Love to kill”, aku berseru, menyemangatinya dalam petualangannya dalam menaklukan sang pembunuh.
Aku akan tetap berseru dan berjalan menemaninya, sembari terkadang mencari celah untuk juga membunuh.

Putri adalah cinta, dia seorang pembunuh.

Soul of Wirangga Pradipta



---Oleh:


(diambil dari: www.evilglauben.wordpress.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar